Minggu, April 10, 2016

Rumah kopi Gembira, Legenda kopi kawangkoan.


Saya jarang merekomendasikan tempat untuk menikmati secangkir kopi, tapi rumah kopi gembira ini merupakan salah satu  pojok kedai kopi yang menjadi favorit saya dan istri saya. Terletak di jalan kelapa kopyor raya , dibelakang Bank BCA kelapa gading. Saya tak ingat kapan pertama kali mengunjungi Rumah kopi ini, tapi yang saya ingat saya sering mengunjunginya.Kedai kopi ini tampilannya tidak seperti gemerlap coffee shop saat sekarang, tetapi itulah yang membuat saya pada akhirnya menambatkan rasa, untuk selalu mengunjungi kedai kopi ini. 


Saya tidak begitu tahu kapan warung kopi gembira ini hadir di Jakarta. Tetapi saya sedikit mengetahui bahwa Rumah kopi Gembira, sangat legendaris di tempat asalnya yaitu Kawangkoan.  Sebuah kecamatan di Sulawesi Utara, Minahasa. Rumah kopi Gembira Kawangkoan merupakan salah satu Rumah Kopi yang berdiri sudah cukup lama, dan sangat bisa menjadi literatur sejarah perkopian Nusantara. Selain kopi kawangkoan-nya yang nikmat, Rumah Kopi Gembira menjual bakpao babi yang menuru beberapa literatur, Rumah kopi Gembira ini memiliki kontribusi besar dalam memperkenalkan Bakpao khas kawangkoan. 

Seiring waktu saya sering mengobrol dengan Pak Hadrian, sang pemilik rumah kopi gembira. Sekitar 2-3 tahun yang lalu memutuskan untuk membuka rumah kopi gembira di kelapa gading. Memang sebagian besar rumah kopi yang dikelola oleh warga keturunan Tionghoa, sangat akrab dengan makanan yang mengandung babi. Jadi bagi beberapa kalangan yang tidak mengkonsumsi daging babi, bisa bertanya lebih lanjut dengan pak hadrian sang pemilik warung kopi gembira dikelapa gading ini. 

Hingga saat ini rumah kopi gembira menjadi salah satu alternatif para penikmat kopi. Kopinya benar benar dikelola secara baik. Terkadang diolah sendiri untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Menurut Hadrian, mereka memiliki tempat penyimpanan sendiri untuk kopinya. Budaya penyajian kopi dengan cangkir beling khas Indonesia Timur menjadi sesuatu yang istimewa. Jangan dikira cangkir yang digunakan merupakan cangkir yang asal asalan loh. Cangkir beling yang disajikan di rumah kopi gembira memang merupakan cangkir beling pilihan. Sedikit sulit mendapatkannya di toko toko penjual cangkir cangkir biasa. Bagi yang tak akrab dengan kopi, Rumah Gembira juga menyediakan teh tarik yang disajikan secara panas atau dingin.

Kopi hitam & kopi susu

Selain penyajian yang menarik, Uncle Hadrian tak sembarangan meracik kopi hitamnya. Meski tak memiliki sendok ukur atau peralatan ukur mengukur kopi, tapi dia cukup melihat komposisi kopi yang berada didalam cangkir. Dengan melihat warnanya dia mengetahui apakah kopi yang diseduhnya berasa pahit, sedang atau "watery". Sehingga dia bisa dengan baik men-custom rasa para pelanggannya. Tidak seperti warung traditional lainnya yang sudah baku rasa nya. Kopi hitamnya pun bisa dinikmati secara panas atau dingin, meski saya lebih menyukai kopi yang diseduh panas.

Yang menarik bagi saya ialah kopi susunya. Di sajikan dengan baik dan memang khas kopi susu. Kopi dicampur dengan krimer kental manis. Secara rasa, kopi susu sangat berbeda dengan yang sering saya minum di kedai kedai kopi tradisional lainnya. Saya menduga, susu/krimer kental manis yang digunakan berbeda dengan yang umum digunakan. Dan tebakan saya cukup sukses. Kalo mau tahu krimer jenis apa silahkan saja ngobrol saja dengan yang punya. 

Kopi hitam menjadi favorit saya. Meski saya cukup familiar dengan biji kopi yang digunakan, tetapi memang ada tekhnik khusus yang dimiliki Uncle Hadrian sehingga kopinya menjadi menarik untuk di nikmati. Biar menjadi rahasia pemilik kopi. Cukup merogoh kocek senilai 10 ribu rupiah, kopi langsung hadir di meja. 

Roti dengan selai srikaya yang diproses sendiri juga bisa menjadi teman mengopi yang sangat pas. Rasa manis dari srikaya di roti, menyatu dengan sedikit rasa pahit kopi hitam, menjadi sesuatu yang benar benar saya rekomendasikan di Warung Kopi Gembira Kelapa Gading.

Masih banyak hal yang harus saya diskusikan dengan pak Hadrian, untuk memperkaya tulisan saya. Karena Rumah Kopi Gembira sudah menjadi bagian dari sejarah per-kopian di Indonesia, dan sejarah ngopi saya tentunya.

 #jamaahwarkopiyyah












Jumat, April 08, 2016

Coldbrew.... cara baru menikmati kopi

@XVIICOFFEE COLD BREW
Cold brew merupakan suatu metode didalam proses menyeduh kopi. Eitss.. ini bukan kopi dingin. Metode coldbrew ini menyeduh kopi dengan mengunakan air bersuhu biasa atau air suhu ruang. Bukan air dingin atau pun air panas. Kemudian kopi yang telah diberikan air bersuhu ruang terseut didiamkan selama beberapa jam. Sebagian orang mendiamkannya antra 8-12 jam, yang lain bisa mendiamkannya selama 24 jam, kemudian baru diminum. Coldbrew ini berbeda sekali dengan kopi yang disajikan dengan es (iced coffee). Iced coffee didalam penyeduhannya tetap mengunakan air panas, tetapi kemudian dimasukkan ice untuk membuatnya dingin.
Secara karakter rasa, Cold brew memiliki tingkat keasaman yang rendah, rasanya lebih soft dibanding bila diseduh dengan air panas. Saat pertama kali mencoba meminum Cold Brew merasakan lebih soft dan begitu smooth di tenggorokan. Uniknya, beberapa karakter rasa, justru saya temukan di cold brew, dan tidak saya temukan di kopi metode seduh panas. Menarik memang bagi para pecinta kopi yang suka meng-eksplorasi rasa kopi. 
Banyak cara untuk menikmati cold brew. Selalu meminum-nya secara original, itu merupakan saran saya. Tetapi coldbrew juga oke dicampur susu, atau ice cream. Kalo ditanya lebih enak mana antara Cold Brew dan kopi seduh panas ? Sekali lagi, itu merupakan hak perogatif lidah masing masing ya...

Selanjutnya nanti,  akan kita ulas mengenai cara asyik meminumnya

Rabu, April 06, 2016

Nyeruput kopi di Rumah Mantan

Entah kenapa saya selalu kagum sama anak anak muda era milenium. Semangatnya untuk ber-enterprenership sangat tinggi. Saya yang masih "kantor"-an sampe minder kalo diskusi sama mereka. Lugas, visioner, berani dan penuh semangat. Semangat itulah yang akhirnya mengantarkan saya berdiskusi dengan Mas Ardy (salah satu) pemilik Rumah Mantan.

Awalnya, saya dan kawan kawan jamaa'ah warkopiyyah, @xviicoffee, berniat untuk "warkop huntering" diseputaran jakarta. Berhubung waktu sudah agak malam, akhirnya kami memutuskan untuk me-ngopi di tempat yang "selewatnya" kami lalui menuju arah pulang ke daerah rawamangun. Ketika akhirnya kita malah terdampar di Rumah Mantan. Entah, mantannya siapa ya....

Puluhan remaja, dan orang tua membaur di kedai yang bertempat di garasi rumah. Cukup luas untuk ukuran kafe di garasi. Saya belum bertanya kenapa kafe nya disebut Rumah Mantan. Sedikit tematik memang,

Disalah satu pojok ruangan, para pengunjung boleh menempelkan foto para mantan mantan mereka, bahkan menurut cerita yang punya tempat, ada seorang yang menempelkan foto mantan istri-nya ditempat yang memang telah disediakan. wooww....

Buka hingga tengah malam, bahkan dihari sabtu-minggu buka hingga dini hari. Bagi yang suka nonton bareng sepakbola, formula 1, bisa sesekali ninton disini. Tempat ini menurut mas Ardy, yang punya rumah mantan, memang banyak diisi oleh pengunjung remaja, hingga anak anak kuliah. Tak jarang memang ada keluarga yang datang berkunjung untuk melepas kepenatan dan bercengkrama dengan keluarga.

Untuk memperkaya menu penyeduhan kopi, kami sedikit membuka kelas untuk manual brewing ditempat ini keesokan harinya. Memperkenalkan tekhnik menyeduh dan pengunjung mengetahui bahwa ada menu kopi yang menarik disini. Meski secara perkopian rumah mantan terhitung newbie, tetapi keingin tahuan mereka akan dunia kopi layak di apresiasi.

Bagi yang ingin berkunjung, silahkan mampir ke seputaran rawamangun, bisa masuk ke arah tiptop lalu belok kekiri. Suasana khas anak anak remaja yang energik akan kita dapati di Rumah Mantan, Dan berkunjunglah tanpa mantan anda. Itu saran dari saya.






Minggu, April 03, 2016

Kanaj Coffee : Idealisme dan keberanian di timur Jakarta


Setelah perjalanan yang mendebarkan dari kota kembang dengan ban mobil yang "benjol", handphone saya tiba tiba ber-notifikasi. Seorang teman ngajak keliling mengunjungi "Jama'ah Warkopiyyah". Saya mengiyakan. Setelah berkeliling,  kami melihat sebuah warung kopi dipinggir jalan. Tanpa pikir panjang kami mampir untuk sekedar melihat lihat atau mencoba se-sruputan kopi yang tersedia.


Kanaj Coffee. Jangan kaget kalo Kanaj Coffee ini cuma sebuah warung kopi dari mobil, yang berada di pinggir jalan. Sebuah mobil disulap oleh Mas Rangga, nama pemilik Kanaj Coffee, "ngetem" didekat rumah sakit persahabatan Jakarta Timur. 

Saya dan kawan saya meng-apresiasi keberanian si empunya warung, untuk membuka-nya di pinggir jalan. Padahal sebelumnya, mereka sempat membuka di garasi rumah. Setelah berdiskusi dengan teman teman, mas rangga, akhirnya amemutuskan untuk membuka warung kopinya dengan konsep "Food Truck". Meski ketika Kanaj Coffee dibuka di garasi rumah, omsetnya sudah bisa dikatakan memadai. Untuk meng-expansi bisnis kata si pemilik Kanaj Coffee.

Saya dan kawan kawan sempat melihat kedalam kendarannya, sama sekali gak mirip Truck (heheheh). Peralatannya cukup lengkap. Disitu ada Mesin espresso De Longhi. Dan beberapa alat manual brewing seperti V60, French press, dan Vietnam drip. Meski mesin espresso De Longhi nya memang untuk standar espresso rumah, tapi ternyata si empunya warung juga punya yang kelas untuk Restoran. Cuma memang belum dibawa, nanti suatu saat akan dengan pertimbangan pengunjung.


Berbekal belajar otodidak, tanya sana sini, magang di ABCD Coffee pasar santa, dan pernah jadi peramu kopi di toko kopi yang saya lupa namanya, si empunya mantap untuk memberankan diri untuk membuka simple warung kopi. Meski telihat cukup banyak yang harus dibelanjakan membeli alat alat kopi, tapi keberaniannya patut di acungi jempol. Padahal untuk kelas dia, saa kira bisa bekerja diwarung kopi kopi kelas mid up di Jakarta.

Jadi kalo teman teman yang mau sekedar tanya tanya mengenai masalah kopi, bisa mampir ke warung kopi di bilangan Jakarta Timur ini. Dan yang paling penting, bisa leluasa berinteraksi khas warung kopi dengan si empunya Kanaj Coffee. Silahkan meng-explorasi kopi, bertanya tekhnis brewing, dan apapun disini. 

Oh ya, jika bertanya mengenai rasanya seperti apa, silahkan saja mampir. Karena soal rasa, menjadi hak perogatif tiap orang yang memiliki indera perasa. Gak usah terlalu pusing soal kopi, biarkan kopi itu yang menuntun mu ke arah yang benar.

Bagi yang ingin meluncur, silahkan saja arahkan tujuan mu ke rumah sakit persahabatan Jakarta Timur. Ke arah diklat Polisi. Meski si empu-nya bernama Rangga, jangan berharap bertemu dengan Cinta. Karena Cinta sudah dilebur kedalam segelas espresso ala rangga Kanaj Coffee.



Kamis, Maret 31, 2016

Kopi Sanger : Indonesian Cappucino ala Aceh


Yaaa.... kopi sanger. Kalo ngopi di Italia kita mengenal kopi diracik menjadi Cappucino, di Indonesia kita punya kopi sanger. Kopi sanger sendiri lebih banyak dikenal ole masyarakat Aceh yang memang kental budaya minum kopi-nya. Hampir semua warung kopi di Aceh menyediakan kopi sanger sebagai menu mengopi. Kopi sanger memiliki bentuk yang sangat khas, berupa buih buih susu dan taburan coklat yang berada diatasnya. Tak seperti umumnya kopi yang diseduh menggunakan French press, drip ataupun di tubruk, kopi sanger dibuat dengan menggunakan saringan berbentuk kerucut kemudian air kopi ditarik sehingga menimbulkan buih busa di permukaan cangkir. Tak semua barista bisa membuat kopi sanger yang sesuai dengan pakem khas "cappucino ala Indonesia".


Ada beberapa versi terkait munculnya nama kopi Sanger di komunitas pengopi Aceh. Tetapi yang paling banyak diketahui asal muasal nama kopi sanger bermula ketika keinginan sejumlah mahasiswa yang berkantong "cekak" untuk tetap me-ngopi dicampur dengan susu. Masyarakat Aceh mengenal dua versi sejarah Sanger. 

Salah satu versi menyebut asal kata Sanger untuk memudahkan sebutan racikan kopi, yang mencampur susu ditambah gula. Versi lain menyebutkan, sanger bermula dari sejumlah mahasiswa pada 1996 hendak minum kopi susu. Karena saat itu kondisi ekonomi memburuk, mahasiswa memutar otak agar tetap bisa minum kopi dicampur susu. Agar mahasiswa dapat menikmati kopi susu yang terjangkau, mahasiswa meminta barista "tarik" untuk membuat kopi dengan susu, cuma takaran susu nya dikurangi, secara biaya menjadi lebih murah. Lahirlah istilah Sanger alias Sama Sama Ngerti. Pengertian antara mahasiswa, barista "tarik" dan pemilik warung kopi.

Tertarik untuk menikmati kopi sanger ? Tak perlu jauh jauh ke Nangroe Aceh. Di Jakarta dan tempat tepat lain sudah banyak warung kopi yang menyediakan kopi sanger. Rata rata warung kopi tradisional aceh di pulau jawa dan kota lainnya menyediakan kopi sanger.


Selain nikmat di sruput dalam keadaan panas, kopi sanger juga sangat nikmat bila diminum dingin.


Tertarik ingin mencoba ? saya bisa merokemendasikan tempat ngopi sanger yang enak di jakarta.


Let's ngopi Indonesian Cappucino

Selasa, Maret 29, 2016

Membunuh untuk memonopoli



Senin sore hari saya kedatangan teman lama yang tampaknya sedang mengalami kebosanan akut mengenai aktivitas pekerjaannya. Merasa terpencudangi oleh rutinitas yang membuatnya boring, akhirnya kita bercerita ngalor ngidul mengenai berbagai hal. Obrolan warung kopi yang intense mengenai maraknya pelaku bisnis "start up" online yang melibatkan talenta talenta muda, sementara kita merasa terperangkap didunia yang sama sekali asing buat kita, yang lahir tidak dijamannya. Membicarakan masalah anak anak muda dengan bisnis "start up"-nya saya teringat pula teman saya yang sedikit banyak mengerti masalah bisnis per-online-nan ini. akhirnya perbincangan segi empat ke arah serius tetapi khas warung kopi tetap berlanjut.

Opini perbincangan berkembang mengenai bisnis start up. Menjurus lebih pelik ke masalah upaya "membunuh untuk memonopoli". Dari hasil diskusi segi empat ala online - offline warung kopi, sedikit meluruskan beberapa pendapat yang mungkin beredar selama ini.

Para pelaku start up ini yang dijual ialah "bisnis startup"- nya, dan bukan layanannya. Yang dijual ialah bisnis, bukan jualan jasa/servis atau produk. Itulah skema bisnis mereka.  Detailnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Ketika memulai bisnis start up, pelaku bisnis tersebut menawarkan bisnis mereka ke Investor agar mau bekerjasama dengan mereka. Seperti pada umumnya bisnis, pelaku bisnis menawarkan kepada investor akan mengembalikan sejumlah return sebagai imbal balik atas investasi yang dikeluarkan. Dalam hal ini kita anggap pelaku bisnis akan mengembalikan return +20%, dengan total investasi sebesar 1 Milyar. Dari 1 Milyar tersebut, 300 juta masuk kantong pribadi, 100 juta untuk modal, dan 600 juta sisanya untuk pasang iklan secara masif di televisi.

Pada tahun kedua, pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk membayar 1,2M ( investasi awal ditahun pertama + 20% return yang disepakati ) ke investor awal. Bisnis belum untung, Intangible Asset berupa brand masih dibawah harga pasar. Pertanyaannya kemudian ialah, darimana uang untuk mengembalikan investasi + return kepada investor awal ?

Mereka para pelaku bisnis tersebut mencari lagi investor lain. Dalam hal ini pelaku bisnis menawarkan kepada investor yang mau melakukan invest 2 Milyar, dan kembali dijanjikan keuntungan sebesar +-20%. Artinya, pada akhir tahun kedua, pelaku bisnis diharuskan mengembalikan dana sebesar 2,4M. Dari 2 milyar tersebut, 1,2 milyar dikembalikan kepada investor awal, 200 juta masuk kantong pribadi, 100 juta untuk modal, 500 juta untuk jor joran biaya iklan secara masif di televisi.

Terus begitu hingga tahun ke 3, 4, 5 dan terus diulangi hingga bisnis tersebut mendapat kepecayaan masyarakat. Kemudian pada tahun ke - 6, bisnis tersebut ditawar dengan harga sangat fantastis kepada calon investor baru (atau pemodal International) sebesar 100M. Bisa juga dengan me-listing bisnis mereka dibursa saham, dengan pertimbangan bisnis yang mereka jalankan sudah dikenal dimasyarakat, brand sudah dikenal dengan baik, bisnis dipercaya masyarakat umum. Ekosistem sudah terbentuk, pelanggan loyal sudah ada.

Dari pembicaraan diatas kita membuat perandaian yaitu GO*EK, G*AB, Tok**edia, Tokobag*s, dan lain lain. Secara hitungan bisnis dari layanan mereka sebenernya rugi. Go*ek dan Gr*b harga dibawah pasar. Tokobag*s iklannya ga banyak, tokop*dia, elev**ia berani diskon besar. Dari mana untungnya, ya mereka mengambil untung dari skema bisnis diatas. Bisa disebut dengan skema bisnis ponzi atau MLM.

Walhasil, karena kita sudah sangat ketergantungan dengan grab atau gojek. Sementara semua atau para tukang ojek yang berada dipangkalan sudah ganti atribut ke go*ek or g*ab. Karena kebutuhan akan ketergantungan itulah, mau tidak mau kita "terpaksa" menggunakan go*ek atau g*ab meskipun nantinya mereka menerapkan tarif harga normal. Atau kita para pelaku bisnis toko online, sudah terlanjur tergantung sama tokopedia, kalau nanti toped minta bayaran dari tiap transaksi-nya, ya mau tidak mau kita terpaksa mengikutinya.

Singkat cerita, apakah pada akhirnya bisnis startup akan melibas bisnis konvensional ? Sangat mungkin, apalagi jika merujuk pada skema bisnis seperti diatas. Bagi sebagian orang menganggapnya sharing economy, tapi ternyata bisnis itu dikuasai oleh pemodal besar dan akan membunuh bisnis lain yg sama.

Memang sih tampaknya sedikit menyederhanakan masalah yang ada. Tapi ya itulah perbincangan ala warung kopi. Tampak ilmiah meski tanpa data, tendensius, tanpa tedeng aling aling. Berapa banyak perbincangan di warung kopi yang mampu membuat kuping merah para orang orang yang digosipkan, bila mendengarnya secara langsung.

Ngomong2, pernah tahu kenapa situs multiply.com ditutup dan akibatnya terhadap pemilik toko online disitu ? start gugling berarti..

thanks to mas ALLAN ALFIN en mas Wiyana atas diskusi ala warung kopinya.




















Semoga kita selalu ngopi... anytime, anywhere, anyplace. Karena dengan me-ngopi merupakan salah satu cara kita mensyukuri nikmat ALLAH. 


Jumat, Maret 25, 2016

Ngelancong ke "Mall" kebangkitan national




"Jangan sekali kali melupakan sejarah"

Ini kali pertama saya berkunjung ke museum kebangkitan National. Atau memang saya tak ingat, apakah pernah ber-karyawisata, ataupun diajak jalan jalan dengan orang tua mengunjungi museum ini dahulu. Tapi yang pasti saya merasa baru menjejakkan kaki dimuseum ini.

Memutuskan ber- wisata-ria bersama anak anak mengunjungi musum, menjauhi rutinitas mall ke mall, memang agak aneh menurut saya di Jakarta. Hampir tak ada rumput yang asik buat nongkrong bersama keluarga selain "rumput" Mall. Walhasil, anak anak kecil jaman sekarang, lebih menggandrungi memanjat "climbing wall" di mall ketimbang memanjat pohon cerry di halaman tanah kosong. Lagipula, mana ada tanah kosong yang ada pohon cerry-nya di Jakarta. 

Sampai di museum sudah agak siang sekitar jam 11. Nuansa horor menggelayuti sekitar museum. Saya membayangkan, museum yang sifatnya pendidikan aja, begini suasananya, apalagi museum lubang buaya tempat para arwah eks korban G30s/PKI. Antara horor sama sepi tak ada pengunjung memang beda beda tipis. Coba kalo ramai, mungkin gak se-spooky ini. Hehehhe..

Memang membingungkan, imagnasi saya tak mampu menembus batas antara pikiran dan omongan. Kalimat saya yang biasanya hiperbola untuk anak anak saya, seakan terhenti. Beda ketika mengunjungi Borobudur yang dengan lugasnya saya ceritakan, bahwa Borobudur ini dulunya di bawa oleh Optimus Prime dan Bumble Bee ke Indonesia, dibantu oleh raja raja di pulau jawa. Anehnya, anak saya terbengong bengong, antusiasme tinggi menyeruak diantara mereka. Cerita harus megang tangan patung didalam stupa untuk mendapatkan sesuatu membuat mereka akhirnya menyenangi berkunjung ke Borobudur, Candi Alien (istilah anak saya) ditengah teriknya udara siang waktu itu.




Salahnya saya, tak melakukan riset kecil ketika mengunjungi museum ini. Dalam hati, kenapa harus riset, toh ketika kita mengunjungi mall saja, gak perlu ada riset riset-an. Menyenangi perjalanan non - "mall ke mall" memang harus dibiasakan. Padahal sih pengennya ngirit juga. Alhasil, ya saya biarkan saja, anak anak meng-imaginasi sendiri apa itu museum kebangkitan nasional beserta isinya. Meski saya berujar, ini adalah cikal bakal sekolah modern pertama di Indonesia. 

Mau tak mau harus diakui, bahwa museum memang belum bisa dijadikan alternatif wisata anti mainstream mall ke mall di Jakarta. Sepertinya memang harus banyak berbenah, agar wisata museum bisa menjadi alternatif pengganti wisata yang nyaman, anak anak tak hanya tahu sejarah dari buku-nya, melainkan mereka bisa mengunjungi  tempat sejarah yang mereka hafalkan dibuku.

My Family, My Team, Our Adventure
   



Mengukur kadar Khusyuk dalam sholat ala Einstein

source pic : google.com
Dari dulu saya sudah ingin menuliskannya. Cuma ya itu, bingung mau mulainya dari mana. Kebingungan saya dalam mengurai makna khusuk. Salah satu kewajiban seorang Muslim (orang Islam) ialah menunaikan sholat. Didalam Al-Qur'an banyak sekali ayat yang menjelaskan keutamaan mendirikan Sholat. Silahkan bertanya kepada guru agama, kyai, atau silahkan "gugling". 

Banyak sekali artikel yang menjelaskan makna sholat dan keutamaanya. Tapi saya tidak akan menuliskan tentang itu. Saya sedang tertarik mengenai kekhusuyu'an dalam melaksanakan sholat. Banyak sekali orang yang mendirikan sholat tetapi tidak melaksanakannya secara khusyu'. Saya sendiri suka bertanya tanya, apakah sholat saya sudah khusyu' . Apakah agar khusu' kita membayangkan Allah sang Pencipta seakan akan hadir didalam sholat kita. Sambil memejamkan mata, menggambarkan kehadiran-Nya.  Berapa tingkatan khusu sholat kita ?. 

Banyak juga artikel yang membahas mengenai kekhusuyu'an dalam melakukan sholat. Terkadang saya juga berkhayal, seandainya ada seseorang yang bisa membuat alat mengukur tingkat kekhusyu'an kita menjalankan ibadah sholat, pasti akan laku keras dijual. Sampai akhirnya saya menemukan teory ini. 

Teory relativitas dari Albert Einstein. Tulisannya seperti ini (source www.goodreads.com) : “Put your hand on a hot stove for a minute, and it seems like an hour. Sit with a pretty girl for an hour, and it seems like a minute. That's relativity. Meski kutipan ini masih harus diuji kebenarannya. Apakah benar diucapkan oleh Einstein seperti yang ditulis dibanyak literatur, paling tidak tulisan ini mampu mengispirasi hari hari saya. Ibadah sholat yang khusyu harus dilandasi dengan kedekatan, ketertarikan dan tanpa adanya keterpaksaan. Ketika kita melakukan ibadah atas dasar keterpaksaan, maka yang terjadi "put our hand on a stove for a minute, and it seems like an hour". 

Ibadah yang kita laksanakan meski cuma sebentar akan berasa lama. Loh tahu darimana kalau ibadah kita ada unsur keterpaksaan ?. Kan yang tahu cuma Allah ?.  Ketika kita selalu berharap Imam sholat membaca surat "qulhu" setelah selesai membacakan surat Al fatihah, nah itu keterpaksaan manurut saya. Dan sholatmu atau ibadahmu kemungkinan besar tidak khusyu'. hehehehehe Ibadah yang khusuk it's a simple thing. 

Gak usah mikir macam macam. Khusyuk itu ternyata seperti kita berbicara dengan seseorang yang menarik. Ya kalo pria bujang seperti mengobrol dengan cewek cantik. Kenapa kok pria bujang, ya kalo pria beristri ngobrol dengan cewek cantik ya dia juga kan gak konsentrasi. Takut takut istri melihatnya pula kan (hehehhe). Atau bisa juga seseorang sedang memainkan video game dengan asyik atau contoh contoh lain. 

Ibadah itu harus dilandasi seperti itu. Ya itu.. "Keasyikan".  Dalam sholat, kedekatan kita kepada Sang Pencipta seperti interaksi kita kepada cewek cantik tadi (karena saya pria ya). Saya jamin, mau imamnya baca surat Al baqoroh 10x nonstop, kita cuek aja. Keasyikan berbicara dengan Sang "Pretty Girl", akan membuat kita mengabaikan semuanya. Kecuali pembicaraan kita dengan pretty girl itu sendiri. Menatap "wajahnya", "ranum bibirnya", "indah alisnya" yang memanjang bak semut berbaris. Memperhatikan rona pipinya  yang seperti bakpao china membuat kita lupa hal hal disekeliling kita. Mau ada Bajaj ngebut, mau ada Bom Atom, mau ada tukang es cincau ngasih gratis, semua akan kita lupakan. Demi asyiknya ngobrol dengan Sang "Pretty Girl" ini. Hasrat untuk bertemu selalu menggelora. Sayang, saya membaca teory "einstein" ini berpuluh puluh tahun setelah einstein tiada. Kalau saja dia masih hidup hingga saat ini, saya akan paksa dia untuk membuat rumusan cara mengukur kekhusu-an dalam sholat. Kali kali dia bisa membantu saya membuat rumus se-terkenal E=mc2. Dan itu akan membuat saya (mungkin) akan menerima hadiah Nobel. hahahahahah Tapi bukan berarti kita harus menunggu tidak terpaksa dulu baru beribadah. Bagimana menghilangkan rasa keterpaksaan. 

Keterpaksaan dapat dihilangkan dengan terus bertemu hingga melahirkan cinta. Kalau dalam filosopi "kuno" orang jawa  yang legendaris witing tresno jalaran seko kulino. Pada akhirnya kedekatan dengan sang Pencipta memang dibutuhkan untuk meningkatkan level kekhusyukan kita dalam beribadah. Kedekatan dengan Sang Pencipta atau sang "pretty girl" tidak bisa dibangun dengan ibadah yang sekali kali. Seperti orang jatuh cinta, kedekatan dengan Nya itu dibangun dari pertemuan yang intense. Intense dalam dzikir, sholat, dan ibadah lainnya. Kembali..... sayang Albert Einstein sudah tiada.

(pernah di posting di www.kompasiana.com)

Dicari marbot yang kharismatik

source pic : google.com



"Hayo anak anak, dilarang berisik, sholat sudah mau dimulai. Yang mau berisik silahkan main diluar atau pulang saja". Kata Marbot
Istilah marbot bagi sebagian orang terdengar tak asing. Marbot (atau ada yang menyebut merbot) ialah penjaga mesjid. Mereka (mungkin) bertanggung jawab terhadap operasional mesjid, menjaga kebersihan masjid dan ada di sebagian mesjid, merbot yang bersuara bagus, di tunjuk menjadi imam tetap. Ya, karena lafaznya baik dalam membawakan ayat ayat untuk sholat.
Kata kata diatas yang diucapkan melalui corong TOA, sedikit membuat saya terhenyak. Dalam banyak hal, malah membuat saya tambah gak khusus menjalankan ibadah sholat. Lah, saya aja gak khusuk, gimana bapak/ ibu yang sholat pada waktu itu membawa serta anak anaknya yang masih kecil. Apalagi yang anak kecilnya hobi main kuda kudaan ketika sang ayah/ibu sedang melaksanakan sujud. Akhirnya timbul dilema membawa serta anaknya ke mesjid. Satu sisi ingin mengajarkan budaya memakmurkan mesjid kepada anaknya, satu sisi lagi akhirnya malah membuat khawatir sang ayah/ibu akan mengganggu "tetangga sholatnya" akan kekhusuk-an ibadah sholat. Belum lagi "teror" sang imam yang belum mulai sholat anak anak dilarang membuat kegaduhan.
Ketika sholat, saya tambah tidak khusuk akibat "instruksi" sang imam tersebut. Walhasil, saya malah membayangkan anak anak umur 3-5 tahun lari larian didalam mesjid ketika orang sedang sholat, atau bahkan main kuda kudaan dipunggung orangtuanya. Atau ada anak anak yang justru menambah keberisikan dengan berkata "HUUSSSSHH, Jangan berisik" kepada temannya. Teman yang di "HUSS"-kan itu akhirnya menjawab "SIAPA YANG BERISIK, KAMU KALI...", walhasil temannya yang lain berucap " saya gak berisik loh. Kalian semua yang berisik". Pada akhirnya, ya berisik semualah bocah bocah tersebut . Tetapi tetap, "instruksi" sang "imam" lah yang malah membuat saya tidak khusuk bukan malah keberisikan para bocah bocah itu. Ketidak khusuk-an saya membawa saya mengingat ketika saya kecil.
Saya tinggal memang tidak jauh dari Surau. Jadi surau itu sudah bagian dari tempat bermain saya. Waktu sholat magrib atau isya sudah kemungkinan besar saya 'nongkrong" di surau. Mau gak mau surau pada saat Magrib atau isya menjadi tempat persinggahan suci bocah bocah. Yang herannya, seumur masa kecil saya, saya tidak pernah mendengar instruksi Imam (pemimpin sholat) untuk yang mau berisik harap pulang saja. Imam hanya berujar, " Hayo anak anak, sekarang waktunya sholat. Rapikan shafnya, dan tenang"... itu saja. Tak ada embel embel gak boleh berisik, atau yang berisik main diluar saja. Karena kita juga tahu bahwa kalo lagi sholat ya gak boleh berisik.
Cuma ya itu tadi, teman saya yang berisik, bukan saya. Lha saya cuma mengingatkan teman sebelah saya supaya gak berisik. Tapi pada akhirnya kita memang tidak berisik sama sekali. Paling cuma injak injakan kaki sama teman sebelah waktu sholat. Kenapa ? Ya dibelakang kita (barisan para bocah) ada seseorang yang dengan tegas berdiri, mengawasi pergerakan kita. Dialah Bang Marbot (penjaga masjid).
Bang Marbot dengan penuh kharisma tanpa berkata kata, membantu merapikan shaf yang "khusus" untuk bocah bocah seperti kita. Bang Marbot hafal nama kita satu satu, entah dari mana dia tahu nama kita. Setelah takbir pertama, Bang Marbot masih tampak sibuk merapikan shaf. Memastikan bahwa shaf anak anak benar benar rapi. Pergerakannya sunyi senyap tanpa gaduh. Itu yang membuat kita para bocah sedikit "takut" untuk tidak patuh kepada Bang Marbot. Meski kadang bang Marbot menjadi Imam, begitu selesai sholat, dia tahu siapa saja anak anak yang berisik. Anggapan kita mungkin dia sakti, bisa tahu suara anak anak yang berisik dibelakang. Kemudian tak segan bang Marbot menegur (sehabis sholat) agar tidak berisik.
Kesaktian yang lain, Bang Marbot ini mampu menenangkan bocah bocah yang berusia 3-5 tahun yang notabene umur umur segini menganggap mesjid layaknya Taman kanak Kanak atau PAUD. Meski belakangan saya juga tahu ternyata kesaktiannya itu cuma masalah komunikasi dengan para anak anak. Sering berbaur dengan anak anak sekitar masjid. Ngobrol ngalor ngidul dengan anak anak, membuatnya hapal nama kita satu persatu.
Pulang dari mesjid, setelah menunaikan ibadah "yang tidak khusuk" magrib, saya masih berharap, bahwa mesjid masih menjadi tempat "nongkrong" yang diminati bocah bocah kecil. Ketakutan mereka untuk menjadi "berisik" sehingga mereka enggan masuk mesjid harus dihilangkan. Para Marbot marbot muda, hendaknya belajar dengan "BANG MARBOT" saya waktu kecil. Marbot harus pula dibekali dengan ilmu psikologi anak mungkin ya. Hahahaha. Anak anak ataupun orang tuanya tidak perlu ditakuti akan bahaya berisik didalam mesjid. Temani anak anak itu. Seiring waktu mereka akan menjadi lebih baik. Berlari lari sesama teman akan membuat memori mereka terkenang akan masa kecil mereka di mesjid/surau. Romantisme inilah yang akan membuat "bocah bocah" tersebut terus memakmurkan mesjid. Jadi mesjid tidak didominasi oleh kakek kakek melulu.
Tugas memakmurkan mesjid menjadi tugas kita para jomblo, orang tua, Marbot, imam dan makmum. Kelak mereka dewasa, mereka juga lah yang akan membawa anak anaknya kembali ke masjid. Maka indahnya jika waktu sholat subuh seramai waktu sholat jumat atau paling tidak sholat magrib...
Jadi... sudahkan anak kita dibawa ke mesjid, atau malah kita yang gak pernah ke mesjid (kecuali jumat saja)

dedicated to Bang Marbot : Mas Mul en Mas Syuhada (namanya memang syuhada)


(tulisan ini sebelumnya saya posting di www.kompasiana.com dan facebook pribadi)

Kopi Hitam manis (tanpa gula)

source pic : google.com


Alih alih nongkrong diwarung kopi ngomongin Ahok yang berhasil meng-kalijodo-kan Kalijodo, dan para sosok opportunis yang gigit jari akhirnya Ridwan Kamil gak jadi ke Jakarta, kita malah asyik masyuk ngomongin kopi.
Ya kopi.... bagi kita ngopi itu gak sepahit ngomongin politik. Meski level kita ya baru sekedar icip icip kopi.Tapi kopi hitam (tanpa gula) malah seperti kopi manis jembatan ancol. Cantik, seksi, menggelora dan agak sedikit honor... eh horor.

Ngopi bagi kita bukan cuma nongkrong ora jelas, tapi udah semacam suatu proses pencarian rasa. Saya juga yang baru belajar icip icip kopi merasa aneh ketika teman saya dengan gaya-nya bak cupper professional menemukan ada rasa coklat didalam kopi yang ia minum.Weilahdalah.....
Ya rasa coklat, kopi kok rasanya coklat. Kadang, istilah dont judge book by its cover masih jadi sebagian motto hidup kita semua. Kita selalu terkesima oleh sesuatu yang sifatnya seksi, menyembul didada, klimis, parlente, padahal yang rajin sholat-nya cuma waktu magrib, dan sisa sholatnya yang lain habis dijalan, bahkan kadang kebablasan tak teringat, Orang cingkrang dibilang terroris, padahal Don Corleone pake jas.
Loh apa hubungannya sama kopi ?
Sebenarnya, ini cuma masalah sambung menyambung jadi satu aja. Kopi mengajarkan kita jangan melihat sesuatu dari luar. Hitam pekat, tak memancarkan aroma. Tapi tunggu dulu, sabarlah, karena begitu dia mendatangimu dengan aroma seksinya, kau akan rela telanjang meminumnya. Teman saya saking senangnya (sampai berteriak girang), karena bisa meng-identifikasi rasa pahit dalam kopi. Pahit seperti buah alpukat yang dia sering beli dipasar.
Ngopi menjadi budaya identifikasi, budaya ketelatenan, budaya menghargai dan budaya meng apresiasi. @XVIICOFFEE pada akhirnya, bukan sekedar ngopi, ngobrolin bos, ngobrolin kerjaan, ngobrolin bini orang, ngobroli laki orang, ngobrolin ngalor ngidul tapi merupakan proses peng-kalibrasian indera pengecap yang telah lama hilang.
dan yang paling penting akhirnya, bagaimana Arsenal harus bisa mengalahkan Totenham Hotspurs agar bisa menjadi juara Liga inggris.....

Anomali pengopi Indonesia

Source pic : google.com

Indonesia merupakan sebuah contoh yang tepat suatu anomali didalam dunia perkopian. Kenyataan bahwa sebagian besar peminum kopi di Indonesia ialah kaum kalangan bawah dan menengah yang tak bisa minum kopi "bagus" dengan harga murah, sementara itu Indonesia merupakan Penghasil kopi "bagus" terbesar ke 3 didunia.
Penyebabnya sederhana, tidak banyak atau bahkan tidak ada warung kopi yang menyediakan kopi "bagus" dengan harga bersahabat. Atau bahkan kultur masyarakat yang masih saja ngopi dengan metoda 3-in 1, kopi pahit susu dan gula, tanpa mau tahu apa kandungan dan isi didalam kopi (sachet) yang mereka minum.
Merubah kultur masyarakat dari peminum kopi kelas 3 in 1 menjadi kopi spesialty memang bukan perkara mudah. Bertahun tahun mengkonsumsi kopi kemasan membuat lidah mereka terasa "nyaman". Penah melihat orang makan soto ayam,soto betawi, atau soto soto lainnya. Tatkala soto tersebut disajikan, mereka langsung memasukkan sambal, perasan jeruk nipis, tanpa mencoba soto itu terlebih dahulu ?.
Indera pengecap kita sudah terlalu nyaman, secara tidak langsung menimbulkan kesan bahwa dengan memasukkan sambal, dan jeruk nipis yang diperas akan membuat soto tersebut pasti berasa enak. Tanpa kita mencoba rasa ORIGINAL dari soto tersebut. Padahal soto bang mamat (mamat mana ya ?) enak bila dikonsumsi tanpa campuran jeruk perasan, cuka atau lainnya. Begitupun dengan kopi.
Berapa banyak dari kita, yang begitu kopi diseduh dan siap minum, lantas memasukkan unsur pemanis kedalamnya, tanpa mencoba karakter original dari kopi itu. Atau lantas terbiasa dengan kopi 3-in-1. Takut mencoba kopi jenis biji dengan berbagai alasan standar yaitu pahit. Mirip mirip soto mamat diatas bukan....
Mungkin pula, itu yang menyebabkan tidak banyak warung kopi atau warkop kelas grass root yang berani menjual kopi original dalam bentuk biji (arabika gayo, bali kintamani, toraja, dan lain sebagainya), atau kalo pun ada, warkop itu meng eksklusifkan diri dengan desain desain khas "coffeshop" yang pada akhirnya akan berkesan coffee shop. Atau pemilik warkop juga merasa bahwa bahwa pelanggan mereka sebagian besar ialah peminum kopi kelas kopi kemasan.
Maka tatkala seorang teman saya pada akhirnya memutuskan untuk mengubah bisnis warung kopi-nya (warung kopi loh ya, bukan "coffe shop") menjadi warkop yang ber-biji, saya dengan senang hati membantu nya. Itung itung sambil belajar lagi....
Friends don't let friends drink starb**k..... drink-lah kopi soto mamat.