"Jangan sekali kali melupakan sejarah"
Ini kali pertama saya berkunjung ke museum kebangkitan National. Atau memang saya tak ingat, apakah pernah ber-karyawisata, ataupun diajak jalan jalan dengan orang tua mengunjungi museum ini dahulu. Tapi yang pasti saya merasa baru menjejakkan kaki dimuseum ini.
Memutuskan ber- wisata-ria bersama anak anak mengunjungi musum, menjauhi rutinitas mall ke mall, memang agak aneh menurut saya di Jakarta. Hampir tak ada rumput yang asik buat nongkrong bersama keluarga selain "rumput" Mall. Walhasil, anak anak kecil jaman sekarang, lebih menggandrungi memanjat "climbing wall" di mall ketimbang memanjat pohon cerry di halaman tanah kosong. Lagipula, mana ada tanah kosong yang ada pohon cerry-nya di Jakarta.
Sampai di museum sudah agak siang sekitar jam 11. Nuansa horor menggelayuti sekitar museum. Saya membayangkan, museum yang sifatnya pendidikan aja, begini suasananya, apalagi museum lubang buaya tempat para arwah eks korban G30s/PKI. Antara horor sama sepi tak ada pengunjung memang beda beda tipis. Coba kalo ramai, mungkin gak se-spooky ini. Hehehhe..
Memang membingungkan, imagnasi saya tak mampu menembus batas antara pikiran dan omongan. Kalimat saya yang biasanya hiperbola untuk anak anak saya, seakan terhenti. Beda ketika mengunjungi Borobudur yang dengan lugasnya saya ceritakan, bahwa Borobudur ini dulunya di bawa oleh Optimus Prime dan Bumble Bee ke Indonesia, dibantu oleh raja raja di pulau jawa. Anehnya, anak saya terbengong bengong, antusiasme tinggi menyeruak diantara mereka. Cerita harus megang tangan patung didalam stupa untuk mendapatkan sesuatu membuat mereka akhirnya menyenangi berkunjung ke Borobudur, Candi Alien (istilah anak saya) ditengah teriknya udara siang waktu itu.
Salahnya saya, tak melakukan riset kecil ketika mengunjungi museum ini. Dalam hati, kenapa harus riset, toh ketika kita mengunjungi mall saja, gak perlu ada riset riset-an. Menyenangi perjalanan non - "mall ke mall" memang harus dibiasakan. Padahal sih pengennya ngirit juga. Alhasil, ya saya biarkan saja, anak anak meng-imaginasi sendiri apa itu museum kebangkitan nasional beserta isinya. Meski saya berujar, ini adalah cikal bakal sekolah modern pertama di Indonesia.
Mau tak mau harus diakui, bahwa museum memang belum bisa dijadikan alternatif wisata anti mainstream mall ke mall di Jakarta. Sepertinya memang harus banyak berbenah, agar wisata museum bisa menjadi alternatif pengganti wisata yang nyaman, anak anak tak hanya tahu sejarah dari buku-nya, melainkan mereka bisa mengunjungi tempat sejarah yang mereka hafalkan dibuku.
My Family, My Team, Our Adventure
0 comments:
Posting Komentar