![]() |
Source pic : google.com |
Indonesia merupakan sebuah contoh yang tepat suatu anomali didalam dunia perkopian. Kenyataan bahwa sebagian besar peminum kopi di Indonesia ialah kaum kalangan bawah dan menengah yang tak bisa minum kopi "bagus" dengan harga murah, sementara itu Indonesia merupakan Penghasil kopi "bagus" terbesar ke 3 didunia.
Penyebabnya sederhana, tidak banyak atau bahkan tidak ada warung kopi yang menyediakan kopi "bagus" dengan harga bersahabat. Atau bahkan kultur masyarakat yang masih saja ngopi dengan metoda 3-in 1, kopi pahit susu dan gula, tanpa mau tahu apa kandungan dan isi didalam kopi (sachet) yang mereka minum.
Merubah kultur masyarakat dari peminum kopi kelas 3 in 1 menjadi kopi spesialty memang bukan perkara mudah. Bertahun tahun mengkonsumsi kopi kemasan membuat lidah mereka terasa "nyaman". Penah melihat orang makan soto ayam,soto betawi, atau soto soto lainnya. Tatkala soto tersebut disajikan, mereka langsung memasukkan sambal, perasan jeruk nipis, tanpa mencoba soto itu terlebih dahulu ?.
Indera pengecap kita sudah terlalu nyaman, secara tidak langsung menimbulkan kesan bahwa dengan memasukkan sambal, dan jeruk nipis yang diperas akan membuat soto tersebut pasti berasa enak. Tanpa kita mencoba rasa ORIGINAL dari soto tersebut. Padahal soto bang mamat (mamat mana ya ?) enak bila dikonsumsi tanpa campuran jeruk perasan, cuka atau lainnya. Begitupun dengan kopi.
Berapa banyak dari kita, yang begitu kopi diseduh dan siap minum, lantas memasukkan unsur pemanis kedalamnya, tanpa mencoba karakter original dari kopi itu. Atau lantas terbiasa dengan kopi 3-in-1. Takut mencoba kopi jenis biji dengan berbagai alasan standar yaitu pahit. Mirip mirip soto mamat diatas bukan....
Mungkin pula, itu yang menyebabkan tidak banyak warung kopi atau warkop kelas grass root yang berani menjual kopi original dalam bentuk biji (arabika gayo, bali kintamani, toraja, dan lain sebagainya), atau kalo pun ada, warkop itu meng eksklusifkan diri dengan desain desain khas "coffeshop" yang pada akhirnya akan berkesan coffee shop. Atau pemilik warkop juga merasa bahwa bahwa pelanggan mereka sebagian besar ialah peminum kopi kelas kopi kemasan.
Maka tatkala seorang teman saya pada akhirnya memutuskan untuk mengubah bisnis warung kopi-nya (warung kopi loh ya, bukan "coffe shop") menjadi warkop yang ber-biji, saya dengan senang hati membantu nya. Itung itung sambil belajar lagi....
Friends don't let friends drink starb**k..... drink-lah kopi soto mamat.
0 comments:
Posting Komentar