![]() |
Source : Google.com |
Anu-mu sungguh menggoda. Bentuknya yang khas, benar benar mengundang selera. Tak berani kutatap anu-mu karena apalah aku ini. Masyarakat kelas bawah sepertiku ini tak pantas rasanya ku sekedar melihat anu mu.
Seketika jantungku berhenti berdetak mana kala desah suaramu memanggilku untuk menikmati anu mu. Kugenggam erat, kutekan tekan hingga akhir tetes. Luar biasa. Begitu pekat, kurasakan manis didalam pekatnya anumu. Entahlah, semakin ku menjauhi anu-mu, semakin ku terbayang akan romantisme aroma-mu.
---------------------------------
"J*nc****ook, sopo sing mbalang sendal nang rai ku" ujar ateng sambil menahan sakit akibat sendal menclok di mukanya.
( mohon dimaklumi, ateng ini kelahiran portugis, lama sekolah disolo, banyak bergaul dengan orang jawa timur terutama surabaya, dan lama juga menetap di Emirates London. Jadi bahasa jawa-nya cenderung gabung gabung khas nusantara).
"Kowe iki ngopo ??, ngona nganu, ona anu, ngelindur po sampeyan " tanya wagino sambil ngguya ngguyu.
(Ngguya ngguyu ki maksute ketawa ketiwi)
"Wasyeem... aku iki lagi ngimpi minum kopi hitam arabika nan lezat, malah dibangunin toh no...no....wagino"sungut ateng kesal.
"Seumur hidupku iki, aku ra tau ngrasakno ngombe kopi arabika no... paling mentok yo kopi sachet....kelarangen kuwi arabika (kemahalan)"....
"Lho... apa salahnya minum kopi sachet, teng.... justru peminum kopi sachet itu levelnya sudah mencapai peminum kelas ma'rifat dalam rantai segitiga peminum kopi. Orang yang minum kopi kelas kelas robusta atau arabika itulah yang levelnya masih "entry" di jagad raya peminum kopi," ujar wagino sambil nyruput kopi gayo.
"Lha kok iso, No...." ateng penuh selidik
"Loh yo jueelasss.... juelasss... " wagino ngebal ngebul rokok kretek lingwe
"Kowe iki pernah dengar Ittihad-nya Al-Hallaj, atau pernah tahu Rabi'ah Al-Adawiyah dengan takhalli-nya ora ? " wagino masih kebas kebus...
" Ora ik..." ateng mlongo
"La ilaha illa ana - nya Abu Yazid al Bushtami " alis wagino naik sebelah.
"Oraaaa....." santai ateng
"Maulana Rumi dengan dervish dance-nya...?? " Wagino kebas kebus lingwe-nya. Kali ini tatapannya mulai serius.
"Ora no... wagino..." ujar ateng kalem
"Siti Jennar dengan Manunggaling Kawula-Gusti...?? " kali ini kebas kebus lingwe-nya berhenti.
"Nahhh.......nek kuwiii.....???" seloroh ateng
"Ngerti toh...." cegat wagino
" ora juga.... 'no" jawab ateng.
Tiba tiba sandal jepit melayang kembali ke ateng.....
"Janc*****ok, sendalmu ngopo mlayang nang rai-ku" guyon ateng
"Bacaanmu ki opo ? opo - opo ra ngerti. Keakehan stensilan mesti..." wagino mlotot.
"Heheheheheh...."ateng nggaya kebas kebus.
"Tak critane ki...." wagino bersiap kebas kebus maning.
"Pernah liat perbedaan antara orang yang minum kopi sachet dan minum kopi arabika ?. Peminum kopi sachet kuwi gak pernah repot repot untuk melakukan penyeduhan kopinya. Air panas langsung tancep dengan kopi sachetnya... maksruput". "Coba nek peminum kopi arabika... peminum kopi arabika itu masih mikirin proses pembuatannya. Brapa takaran yang sesuai, tingkat kepanasan air sing arep diseduh dengan kopi. Setelah diseduh sedikit, kemudian di urek urek kopine baru ditambah lagi air panasnya. Itu gak boleh langsung diminum. Harus ditunggu sekian menit, baru boleh dicium cium. Belum boleh diminum loh, teng. Harus dirasakan aromanya.....peminum kopi arabika ini masih berkutat terhadap proses proses. Ibarat orang orang yang level ibadahnya masih level tarikat. (tarikat - hakikat - ma'rifat). Peminum kopi ini masih sibuk dengan bacaan, tatacara, rukun, bahkan syarat sah minum kopi itu sendiri " wagino terkekeh kekeh.
"peminum kopi yang sudah mencapai level sufi itu sudah tidak mempermasalahkan lagi proses proses pembuatan kopi, ibarat kopi sudah mendarah daging dengan dirinya" terang wagino ora jelas.
"Hoooooooo......moso toh ?? " ateng mlongo.
"Bukannya kopi sachet itu kalo diistilah matematika merupakan turunan terakhir dari kopi yo no...wagino ?? " tanya ateng
"Jan*****kk, malah turu ki, wagino. Tak ajak diskusi malah turu. Tangi...tangi" sewot ateng.
"trusno crita-mu, teng.... ane mendengarkan iki" wagino sambil setengah ngiler.
"Lha iyo kuwi....minum kopi sachet merupakan bentuk penjajahan oleh bangsa sendiri. Dahulu masih mendinglah kita dijajah bangsa asing. Meski gak mending mending amat. Kowe ngerti ceker ayam po ora wagino.... Ceker ayam kuwi menjadi makanan favorit bangsa kita dari sewaktu penjajahan dahulu hingga sekarang. Saat itu, ceker ayam itu dibuang buang malah. Karena Meneer en Noni Belanda itu gak ada yang doyan sama ceker ayam. Lha, sama rakyat pribumi kayak kita kita ini, dikumpulin kemudian dimasak. Jadilah makanan ceker ayam nan lezat itu. Sebenarnya kalo dilihat secara filosofi-nya, ceker ayam itu sendiri kan merupakan turunan terakhir dari seekor ayam. Alias ampasnya ayam. Begitu pun kopi sachet"... terang ateng menjelaskan bak profesor.
" zzzz.....zzzz" wagino masih ngiler sambil (kayaknya) mendengarkan.
"Gubernur Hindia Belanda Daendels-pun sampai harus membuat 1000km jalan dari Anyer hingga Panarukan. Salah satunya untuk membentuk pos pos jalur pengiriman kopi. Sistem tanam paksa kopi pun pernah di terapkan Daendels, meski ada beberapa tempat yg tidak memungkinkan untuk ditanami kopi seperti didaerah kendal, dst. Daerah daerah yang potensi untuk dipanen-i kopi dipaksa terus bertani kopi. Untuk memenuhi hasrat kopi orang bule. Sehingga kopi arabika dan robusta yang kelas terbaik itu justru dinikmati oleh kelompok yang berada di luar Indonesia. Sementara kita sibuk direcoki oleh kopi "ceker ayam" sachet"
Ateng tampak berapi api menjelaskan kepada wagino yang setengah tertidur.
"Contoh penjajahan yang sampe sekarang ya, No. Kita tidak pernah mengenal budaya minum susu. Kecuali susu ibu atau air tajin malahan. Kelompok masyarakat Jawa lebih mengenal budaya minum teh, sedangkan masyarakat sumatera dan sebagian sulawesi sangat kental budaya minum kopi. Ora ono sing budaya minum susu. Budaya minum susu justru dibuat oleh peminum kopi bule tadi, karena mereka punya bisnis per-sapian di negaranya, kemudian dijual ke negara kita ". "Coba liat jepang, mereka budaya-nya minum teh, ngono kuwi"
Wagino membuka sebelah matanya....
"Hmmm belum tahu dia siapa ateng... gini gini ane kenal juga mas gugel dan tentu pernah baca st**sil " dalam hati
"Itulah bentuk penjajahan oleh bangsa lain terhadap bangsa kita. Sekarang iki, untuk per-kopian, kita dijajah oleh bangsa sendiri. nek arep ngombe kopi sing tenanan ki kudu mbayar larang. Moso' "sakdet-saknyet" tuku kopi nang "bebek bintang" ki regone luaraaangeee pooollll". "Ato nek arep ngombe sing murah yo kudu ngombe sing kopi ceker ayam kuwi."
"opo kuwi bebek bintang " wagino interupsi.
"kuwi loh... starduck, no" kata atenk
"Starbuck.... teng" wagino malah membuka mulutnya bukan matanya. Matanya masih kriyep kriyep
" lah iyo itulah pokoke.......no "
"Yo wis..... kowe iki saiki arep ngopo ?" selidik wagino.
"Aku arep punya warung kopi... pinggir jalan. Sing jualan kopi asli. Kopi Nusantara. Tak jual regone murah. Nek kowe ngerti gugel-en kopi duha. Nah kuwi koncoku dodolan kopi apik en regone masuk akal"
"Lho iyo. Moso warung kopi ono nang tengah jalan. Iso kesruduk kopaja ngko. Yo wis, tak dukunge, teng"
Sambil menyeruput sruputan kopi gayo terakhir, wagino bertanya " by the way, kowe iki sering misah misuk, joncak ja*****uk ora nggenah, sakjane ngerti opo ora toh artine, teng.."
" ora no.....hahahahhahah" ateng sambil senyam senyum
"Oooooo.... ja****k kon" kaget wagino sambil njomplang dari kursine
0 comments:
Posting Komentar